MEGAH di lintasan, tapi rapuh di neraca. Itulah potret kontras Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang kini dikenal dengan nama Kereta Whoosh.
Di balik sorotan publik terhadap kecanggihan transportasi ini, ada kisah getir yang menghantam keuangan PT Wijaya Karya Tbk (Persero) atau WIKA, salah satu BUMN konstruksi terbesar di negeri ini.
Alih-alih meraup keuntungan dari proyek strategis nasional, WIKA justru terperangkap dalam jeratan utang, penurunan investasi, dan klaim pembayaran yang menggantung.
Klaim Menggunung dan Piutang yang Tak Kunjung Cair
Laporan keuangan semester I-2025 membuka fakta pahit. WIKA masih mencatat saldo pekerjaan dalam proses konstruksi senilai Rp5,01 triliun.
Saldo ini bukan sekadar angka, melainkan klaim atas pekerjaan yang masih berkutat pada adendum, arbitrase, dan mediasi.
Klaim tersebut muncul akibat pembengkakan biaya atau cost overrun saat pembangunan infrastruktur kereta cepat.
Dengan kata lain, WIKA memiliki piutang besar yang belum dibayar PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI) selaku pemilik proyek.
“Saat ini, WIKA sedang mengupayakan penagihan Rp5,01 triliun atas pengerjaan proyek kereta cepat kepada pemilik proyek,” ujar Corporate Secretary WIKA, Ngatemin, Senin (18/8/2025).
Baca Juga:
Mudahnya Cara Cek Harga Bitcoin, Ini Caranya
UMKM 56 Juta, tapi Entrepreneur Baru 3,5%: Tantangan Ekonomi Indonesia
Sri Mulyani Kehilangan Lukisan Pribadi Saat Penjarahan Demo Bintaro
Investasi Rontok, Saham Terdilusi, dan Kerugian Berlipat
Selain piutang yang mandek, WIKA juga menanggung beban lain yang tak kalah berat: penurunan nilai investasi lebih dari Rp4 triliun.
Jika dijumlahkan dengan klaim proyek yang belum cair, total kerugian yang ditanggung WIKA menembus Rp9 triliun.
Sumber masalah itu terkait dengan penyertaan modal WIKA di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium yang menaungi operasional Kereta Whoosh.
PSBI sendiri terdiri dari KAI, PT Jasa Marga Tbk (Persero), PT Perkebunan Nusantara I (Persero), dan WIKA.
Baca Juga:
MK Larang Wakil Menteri Rangkap Jabatan, Apa Dampaknya Bagi Kabinet
Media Hallo.id Hadirkan Layanan Khusus Galeri Foto Perusahaan
Menguak Strategi BI Pacu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke 5,1 Persen
Pada 28 November 2022, WIKA menyetor modal Rp6,11 triliun ke PSBI sehingga menguasai 39,12 persen saham.
Namun situasi berubah ketika pada Desember 2024, PSBI menerbitkan 2,69 juta saham baru senilai Rp2,69 triliun yang sepenuhnya diserap KAI.
Akibatnya, kepemilikan saham WIKA terdilusi menjadi hanya 33,36 persen.
Per 30 Juni 2025, penyertaan modal WIKA tercatat Rp2,39 triliun, setelah dikurangi penurunan nilai sebesar Rp4,32 triliun dari total setoran awal.
Ambisi Besar, Risiko Juga Ikut Membesar
Kereta Whoosh sejak awal digadang-gadang sebagai proyek ambisius yang membawa simbol modernitas.
Namun ambisi besar itu juga menuntut biaya pembangunan yang melonjak jauh di atas perhitungan awal.
Baca Juga:
Skema Blended Finance DBS Indonesia Targetkan UMKM Sosial Tak Lagi Tertinggal
KKP Gagalkan Penangkapan Ikan Ilegal oleh Kapal Malaysia, Gunakan Trawl dan Rekrut ABK WNI
Dalam berbagai laporan, biaya proyek KCJB meningkat signifikan akibat faktor teknis dan non-teknis.
Kenaikan biaya inilah yang menimbulkan cost overrun besar, sehingga memicu klaim kontraktor, termasuk WIKA.
Dari perspektif investigatif, pola ini memperlihatkan lemahnya perencanaan dan manajemen risiko dalam proyek strategis berskala besar.
Beban finansial yang semula diperkirakan bisa ditanggung bersama, justru menjerat salah satu BUMN karya yang kini berstatus terlilit kerugian jumbo.
Jalan Panjang Mencari Solusi Keuangan
Kini, WIKA menghadapi pilihan sulit di tengah tekanan likuiditas yang semakin menyesakkan.
Upaya penagihan piutang Rp5,01 triliun kepada KAI masih berlangsung melalui jalur formal, mulai dari adendum hingga mediasi.
Sementara itu, penyusutan nilai investasi di PSBI menambah pukulan yang kian memperberat beban keuangan perseroan.
Jika tidak ada langkah terobosan, risiko sistemik bisa merembet lebih luas, mengingat WIKA adalah salah satu kontraktor pelat merah terbesar yang menangani banyak proyek infrastruktur nasional.
Kisah ini bukan sekadar tentang neraca rugi-laba, tetapi juga tentang bagaimana sebuah BUMN karya harus menanggung konsekuensi dari ambisi negara membangun proyek mercusuar.
Pertanyaan besar kini menggantung: siapa yang akan benar-benar menanggung beban ekonomi di balik kilau Kereta Whoosh?****
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center














